Facebook Pixel

Unit Economics Mastery: Calculate dan Optimize CAC

TL;DR: Unit economics adalah matematika di balik bisnis model kamu. Kalau angkanya jelek, bisnis kamu cuma burning cash untuk beli customer yang gak untung. Artikel ini breakdown cara hitung

  • Admin Founderplus
  • Sunday, Nov 03, 2024

Unit Economics Mastery: Calculate dan Optimize CAC

TL;DR: Unit economics adalah matematika di balik bisnis model kamu. Kalau angkanya jelek, bisnis kamu cuma burning cash untuk beli customer yang gak untung. Artikel ini breakdown cara hitung LTV, CAC, dan Payback Period—lengkap dengan rumus, benchmark, dan cara optimasi.


Kenapa Banyak Startup Gagal Saat Scaling?

Januari 2023. Sebuah startup edtech Indonesia tutup operasi setelah 3 tahun beroperasi dan bakar $5 juta dari investor. Marketing agresif, user growth 300% year-over-year, featured di media.

Masalahnya? Unit economics mereka negative sejak awal.

Biaya untuk dapat satu customer: Rp 500.000
Revenue per customer seumur hidup: Rp 350.000

Artinya, setiap kali dapat 1 customer baru, mereka rugi Rp 150.000. Semakin banyak customer, semakin cepat kehabisan uang.

Ini bukan cerita langka. 90% startup gagal bukan karena produknya jelek, tapi karena unit economics-nya gak masuk akal.

Makanya sebelum mikirin growth, fundraising, atau scaling—kamu harus paham dulu: Apakah setiap customer yang kamu dapat itu actually menguntungkan?


Apa Itu Unit Economics?

Unit economics adalah cara ngukur profitabilitas dari satu unit bisnis—biasanya satu customer atau satu transaksi.

Pertanyaan fundamentalnya sederhana:

"Berapa biaya untuk dapat 1 customer, dan berapa uang yang customer itu hasilkan untuk bisnis?"

Untuk startup, ada 3 metrik paling penting:

  1. LTV (Lifetime Value) = Total revenue dari 1 customer selama dia pakai produk kamu
  2. CAC (Customer Acquisition Cost) = Biaya untuk dapat 1 customer baru
  3. Payback Period = Waktu yang dibutuhkan untuk balik modal dari biaya akuisisi

Kalau LTV lebih besar dari CAC, bisnis kamu sehat. Kalau sebaliknya, kamu basically bayar orang untuk pakai produk kamu.


Formula 1: Customer Acquisition Cost (CAC)

Rumus:

CAC = Total Marketing & Sales Spend / Jumlah Customer Baru

Contoh Perhitungan:

Startup SaaS "KerjaYuk" (platform HR untuk UMKM):

  • Budget marketing bulan ini: Rp 50.000.000
  • Gaji sales team (2 orang): Rp 20.000.000
  • Tools (ads, CRM, dll): Rp 5.000.000
  • Total spend: Rp 75.000.000

Customer baru yang didapat: 150 customer

CAC = Rp 75.000.000 / 150 = Rp 500.000 per customer

Yang Harus Masuk Hitungan CAC:

✅ Budget iklan (Google Ads, Facebook Ads, Instagram, TikTok)
✅ Gaji tim marketing & sales (termasuk komisi)
✅ Tools marketing (CRM, email marketing, analytics)
✅ Konten marketing (video, design, copywriter)
✅ Event & sponsorship

❌ Biaya operasional umum (sewa kantor, listrik, dll)
❌ Biaya product development


Formula 2: Lifetime Value (LTV)

Rumus:

LTV = (ARPU × Gross Margin) / Churn Rate

Atau versi yang lebih sederhana:

LTV = Average Revenue Per User × Average Customer Lifetime

Breakdown Formula:

1. ARPU (Average Revenue Per User)

ARPU = Total Revenue / Total Active Users

2. Gross Margin

Gross Margin = (Revenue - Cost of Goods Sold) / Revenue

3. Churn Rate

Monthly Churn Rate = Customers Lost / Total Customers at Start of Period

4. Customer Lifetime (dalam bulan)

Customer Lifetime = 1 / Monthly Churn Rate

Contoh Perhitungan LTV:

Startup SaaS "KerjaYuk" (lanjutan):

  • ARPU: Rp 200.000/bulan (paket subscription)
  • Gross Margin: 80% (SaaS punya margin tinggi karena COGS rendah)
  • Monthly Churn Rate: 5% (5 dari 100 customer cancel tiap bulan)

Step 1: Hitung Customer Lifetime

Customer Lifetime = 1 / 0.05 = 20 bulan

Step 2: Hitung LTV

LTV = (Rp 200.000 × 80%) / 5%
LTV = Rp 160.000 / 0.05
LTV = Rp 3.200.000

Atau dengan cara sederhana:

LTV = Rp 200.000 × 20 bulan × 80%
LTV = Rp 3.200.000

Formula 3: LTV:CAC Ratio

Rumus:

LTV:CAC Ratio = LTV / CAC

Benchmark:

RatioStatusArtinya
< 1:1🔴 DangerRugi tiap dapat customer. Bisnis gak sustainable.
1:1 - 3:1🟡 WarningBreak-even atau profit tipis. Belum ideal untuk scaling.
3:1 - 5:1🟢 HealthySweet spot! Profitable dan bisa scale.
> 5:1🔵 ExcellentSangat bagus, tapi mungkin under-invest di marketing.

Contoh:

KerjaYuk:

  • LTV: Rp 3.200.000
  • CAC: Rp 500.000
  • Ratio: 6.4:1

Status: Sangat bagus! Tapi perlu dicek apakah growth terlalu lambat karena kurang agresif di marketing.


Formula 4: Payback Period

Rumus:

Payback Period = CAC / (ARPU × Gross Margin)

Contoh Perhitungan:

KerjaYuk:

  • CAC: Rp 500.000
  • ARPU: Rp 200.000/bulan
  • Gross Margin: 80%
Payback Period = Rp 500.000 / (Rp 200.000 × 80%)
Payback Period = Rp 500.000 / Rp 160.000
Payback Period = 3.125 bulan

Artinya: Butuh ~3 bulan untuk balik modal dari biaya akuisisi customer.

Benchmark Payback Period:

IndustriTarget Payback Period
SaaS B2B< 12 bulan
SaaS B2C< 6 bulan
E-commerce< 3 bulan
Marketplace< 9 bulan
Subscription< 12 bulan

Rule of thumb: Payback period harus lebih pendek dari customer lifetime. Kalau customer rata-rata cuma bertahan 6 bulan, tapi payback 12 bulan = kamu rugi.


Kenapa Investor Obsessed dengan Unit Economics?

Saat pitching ke investor, mereka pasti nanya:

  • "Berapa LTV:CAC ratio kamu?"
  • "Berapa payback period-nya?"
  • "Apa plan untuk improve unit economics?"

Alasannya:

1. Unit Economics = Proof Bisnis Model Works Kalau LTV > CAC, itu bukti orang mau bayar untuk value yang kamu kasih dan bisnis bisa profit.

2. Predictability Dengan unit economics yang jelas, investor bisa predict: "Kalau inject $1M untuk marketing, berapa revenue yang balik?"

3. Scalability Unit economics bagus = bisnis bisa scale tanpa burning cash terus-menerus.

Real example:
Gojek di early stage punya LTV:CAC ratio ~2:1 di Jakarta. Investor berani inject ratusan juta dollar karena tahu model-nya works—tinggal replicate ke kota lain.


6 Cara Optimasi Unit Economics

1. Naikin LTV dengan Retention

Masalah:
Churn rate tinggi = customer cepet pergi = LTV rendah.

Solusi:

  • Improve onboarding (banyak user churn di hari pertama)
  • Customer success team yang proactive
  • Feature yang bikin user "sticky" (contoh: Notion jadi susah pindah karena semua note ada di sana)
  • Upsell & cross-sell (upgrade ke paket premium)

Contoh:
Spotify Premium punya churn rate ~5% karena playlist yang personalized bikin user susah pindah. Free user punya churn ~25%.

2. Turunin CAC dengan Organic Growth

Masalah:
Bayar ads terus-terusan mahal. CAC naik tiap bulan.

Solusi:

  • SEO: Konten blog yang rank di Google (free traffic)
  • Referral program: Customer lama bawa customer baru (Dropbox dulu kasih extra storage)
  • Content marketing: Video, podcast, newsletter
  • Community building: Forum, Discord, Telegram group
  • Product-led growth: Produk yang so good sampai orang recommend sendiri

Contoh:
Slack almost gak bayar ads di early days. Growth dari word-of-mouth karena produknya memang solve pain point tim.

3. Segment Customer Berdasarkan Profitability

Insight:
Gak semua customer created equal. Ada yang profitable, ada yang rugi.

Action:

  • Identify customer segment mana yang punya LTV tertinggi
  • Fokus marketing ke segment itu
  • Stop atau limit segment yang LTV-nya rendah

Contoh:
SaaS company realize bahwa customer dari industry fintech punya LTV 5x lebih tinggi dibanding retail. Mereka pivot marketing focus ke fintech companies.

4. Improve Gross Margin

Cara naikin margin:

  • Automate proses yang manual
  • Negotiate better deal sama supplier/vendor
  • Outsource low-value tasks ke negara dengan labor cost rendah
  • Migrate ke cloud infrastructure yang lebih murah

Contoh:
SaaS company migrate dari AWS ke Hetzner, cost turun 40%, gross margin naik dari 75% ke 85%.

5. Test Pricing Strategy

Insight:
Banyak startup under-price produk mereka. Naikin harga 20% bisa naikin LTV drastis tanpa ngurangin demand banyak.

Action:

  • A/B test harga berbeda
  • Add premium tier
  • Implement value-based pricing
  • Annual subscription (pre-paid = faster payback)

Contoh:
Startup raise harga dari Rp 150K/bulan ke Rp 200K/bulan. Churn naik cuma 5%, tapi revenue per user naik 33%.

6. Optimize Sales Funnel

Masalah:
Banyak lead tapi conversion rate rendah = buang budget marketing.

Solusi:

  • Improve landing page (A/B test headline, CTA, design)
  • Simplify sign-up process
  • Add social proof (testimoni, case study, logo client)
  • Retargeting campaign untuk yang belum convert

Metric to track:

  • Conversion rate: visitor → sign up → paying customer
  • Time to convert: Berapa lama dari first touch sampai bayar
  • Drop-off points: Di mana user berhenti di funnel

Case Study: Optimasi Unit Economics

Before Optimasi:

Startup E-Learning "BelajarPro"

  • CAC: Rp 300.000
  • ARPU: Rp 100.000/bulan
  • Churn rate: 10%/bulan
  • Gross margin: 70%
  • Customer lifetime: 10 bulan

LTV:

LTV = Rp 100.000 × 10 × 70% = Rp 700.000

LTV:CAC Ratio:

Ratio = Rp 700.000 / Rp 300.000 = 2.3:1

Status: 🟡 Belum ideal. Margin tipis.

Actions Taken:

1. Retention Program (Month 1-2)

  • Kirim email onboarding sequence
  • Weekly tips via WhatsApp
  • Gamification (badge, leaderboard)
  • Result: Churn turun dari 10% ke 7%

2. Referral Program (Month 2-3)

  • Customer refer friend = dapat 1 bulan gratis
  • Friend yang join = diskon 50% bulan pertama
  • Result: 30% new user dari referral (CAC = Rp 50.000 aja karena cuma cost diskon)

3. Upsell Strategy (Month 3-4)

  • Launch premium tier Rp 200.000/bulan dengan 1-on-1 mentoring
  • 20% user upgrade
  • Result: Blended ARPU naik jadi Rp 120.000

4. Content Marketing (Month 4-6)

  • Publish 2 artikel/minggu di blog (SEO-focused)
  • YouTube channel dengan tutorial gratis
  • Result: Organic traffic contribute 40% new users

After Optimasi (Month 6):

  • New CAC: Rp 180.000 (turun 40% karena organic + referral)
  • New ARPU: Rp 120.000 (naik 20% dari upsell)
  • New Churn: 7% (turun dari 10%)
  • Customer lifetime: 14 bulan (naik dari 10)
  • Gross margin: 75% (naik karena operational efficiency)

New LTV:

LTV = Rp 120.000 × 14 × 75% = Rp 1.260.000

New LTV:CAC Ratio:

Ratio = Rp 1.260.000 / Rp 180.000 = 7:1

Status: 🟢 Excellent! Ready to scale.

Impact:

  • LTV naik 80% (dari Rp 700K ke Rp 1.26M)
  • CAC turun 40% (dari Rp 300K ke Rp 180K)
  • Ratio improve dari 2.3:1 ke 7:1
  • Revenue per cohort naik 200%+

Red Flags: Unit Economics yang Jelek

🚩 LTV < CAC = Literally rugi tiap dapat customer
🚩 Payback period > 18 bulan = Terlalu lama balik modal
🚩 Churn rate > 10%/bulan = Customer gak sticky
🚩 CAC naik terus tiap bulan = Marketing makin inefficient
🚩 LTV turun over time = Product gak deliver value
🚩 Negative gross margin = Cost produksi lebih mahal dari harga jual

Kalau kamu punya 2 atau lebih red flag di atas, jangan mikirin growth atau fundraising dulu. Fix unit economics dulu.

 

Resources untuk Belajar Lebih Dalam

Course Founderplus:

  1. Financial Management - Dasar-dasar kelola keuangan startup
  2. Smart Pricing, Strong Planning - Strategi pricing untuk maksimalin LTV
  3. Financial Statement Fundamental - Pahami laporan keuangan
  4. Valuasi: Berapa Nilai Startup Kamu - Investor akan lihat unit economics kamu saat valuasi
  5. Advance Fundraising 1 - Prepare data unit economics untuk investor
     

Unit economics adalah metrik paling honest tentang kesehatan bisnis kamu. Kalau angkanya bagus, scaling jadi masuk akal. Kalau jelek, growth cuma burning cash.

 

Bagikan:

Blog Founderplus

Artikel Terbaru

Kumpulan artikel terkini yang membantu kamu membangun dan mengembangkan bisnis.

5 Cara Praktis Atasi Imposter Syndrome untuk Young Founder

Sunday, Nov 09, 2025

5 Cara Praktis Atasi Imposter Syndrome untuk Young Founder

Bayangkan situasi ini: seorang founder berusia 25 tahun sedang duduk di kafe, persiapan pitch untuk investor besok pagi.

Read More: 5 Cara Praktis Atasi Imposter Syndrome untuk Young Founder
Financial Management untuk Non-Finance Founder

Monday, Nov 03, 2025

Financial Management untuk Non-Finance Founder

Kebanyakan founder startup punya cerita yang sama. Mereka punya ide brilian, tim yang solid, bahkan sudah dapat customer

Read More: Financial Management untuk Non-Finance Founder
4 Cara Menentukan Target Market untuk Produk Bisnismu

Saturday, Nov 09, 2024

4 Cara Menentukan Target Market untuk Produk Bisnismu

Menentukan Target Market untuk BisnisMenentukan target market bukan hanya soal memilih siapa yang akan membeli produk at

Read More: 4 Cara Menentukan Target Market untuk Produk Bisnismu

Gabung ke Founderplus Academy untuk Scale Up Startup-mu

Akses mentorship, program pembinaan, dan komunitas founder yang siap bantu bisnis kamu berkembang.

Pelajari Program Founderplus Academy