Facebook Pixel

Apa Itu OKR? Cara Bikin Strategi Bisnis Berhenti Mengawang-awang

Apa Itu OKR?OKR (Objectives and Key Results) adalah kerangka kerja manajemen tujuan yang menghubungkan visi bisnis dengan angka yang terukur, supaya strategi tidak mengawang-awang dan progre

  • Admin Founderplus
  • Sunday, Dec 22, 2024

Apa Itu OKR? Cara Bikin Strategi Bisnis Berhenti Mengawang-awang

Apa Itu OKR?

OKR (Objectives and Key Results) adalah kerangka kerja manajemen tujuan yang menghubungkan visi bisnis dengan angka yang terukur, supaya strategi tidak mengawang-awang dan progress bisa dicek dengan jelas setiap kuartal.

  • Objectives: tujuan yang ingin dicapai dalam beberapa bulan ke depan; jelas dan mudah dipahami tim.
  • Key Results: hasil kunci dalam bentuk angka yang menunjukkan apakah Objective tercapai.
  • Fungsi OKR: menjaga strategi tetap fokus, terarah, dan dipantau dengan data, bukan perasaan.
  • Bedanya dengan KPI: KPI memantau performa harian, OKR mendorong lompatan perubahan dalam periode tertentu (misalnya satu kuartal).

Ada banyak bisnis di Indonesia yang terlihat sibuk, tapi kalau ditanya, “Sebenarnya lagi mengejar apa tahun ini?” jawabannya sering melayang-layang. Ada yang bilang mau “scale up”, mau “naik omzet”, mau “lebih rapi sistemnya”, tapi sulit menunjukkan angka apa yang sedang dikejar dan bagaimana cara tahu kalau mereka sudah sampai. Di titik itu, strategi berubah jadi slogan. Enak didengar, tapi tidak membumi.

 

OKR, singkatan dari Objectives and Key Results, muncul sebagai cara sederhana untuk menarik semua mimpi itu turun ke tanah. Bukan teori manajemen yang rumit, melainkan kerangka berpikir: tentukan tujuan yang jelas, lalu paksa diri untuk mendefinisikan bukti terukurnya dalam bentuk angka.

 

Objective di dalam OKR adalah jawaban jujur atas pertanyaan, “Kita mau jadi seperti apa dalam beberapa bulan ke depan?” Biasanya ia ditulis dalam kalimat yang hidup dan mudah dipahami tim, misalnya “pengalaman pelanggan kita harus jauh lebih menyenangkan”, atau “brand kita harus lebih dikenal di kalangan founder pemula di Indonesia.” Ia tidak perlu memakai angka, tetapi harus cukup tajam sehingga orang langsung mengerti arah geraknya.

 

Key Results adalah sisi yang lebih keras: “Kalau tujuan itu tercapai, angka apa yang berubah?” Di sinilah strategi berhenti mengawang. Peningkatan NPS dari 40 menjadi 60, penurunan waktu respon chat dari satu jam menjadi sepuluh menit, kenaikan traffic organik 40 persen dari pasar Indonesia, penambahan jumlah pelanggan aktif bulanan hingga dua kali lipat; semua itu adalah contoh Key Results. Kalimatnya mungkin tidak seindah Objective, tetapi di sinilah kejelasan tercipta. Kita bisa mengecek, triwulan ini bergerak atau diam di tempat.

 

Banyak orang mencampuradukkan OKR dengan KPI. Keduanya sama-sama memakai angka, tetapi fungsinya berbeda. KPI adalah “alat vital” harian: berapa banyak tiket yang diselesaikan, berapa persentase uptime server, berapa transaksi terjadi hari ini. OKR lebih seperti lompatan terarah: perubahan yang ingin didorong dalam tiga bulan atau satu tahun. KPI menjaga mesin tetap menyala, OKR menentukan ke mana kendaraan itu ingin dibawa.

 

Di konteks Indonesia, terutama di UKM dan startup, OKR membantu mengatasi budaya kerja yang sering reaktif. Tanpa kerangka seperti ini, sebuah tim mudah terseret ke rutinitas: balas chat, rapat, revisi, kirim laporan, ulang lagi. Dengan OKR, setiap aktivitas harian perlahan dihubungkan dengan pertanyaan, “Ini membantu kita mendekat ke Objective atau hanya membuat kita terasa sibuk?” Pertanyaan sederhana itu bisa mengubah cara tim mengambil keputusan.

 

Kekuatan OKR justru muncul dari kesederhanaannya. Satu perusahaan tidak perlu punya puluhan Objective; cukup beberapa yang benar-benar penting. Setiap Objective tidak perlu punya belasan Key Results; cukup beberapa angka yang, jika tercapai, membuat kita yakin tujuan itu tidak lagi sekadar klaim. Dalam praktik, perusahaan yang disiplin dengan OKR biasanya memilih sedikit, mengejarnya sepenuh tenaga, lalu berani mengakui hasilnya di akhir periode: tercapai, sebagian tercapai, atau gagal total. Tidak semua harus sempurna, yang penting jujur dan terlihat.

 

Cara kerja OKR yang sehat selalu melibatkan ritme. Bukan hanya menulis di awal kuartal lalu dilupakan, tetapi ditengok kembali secara berkala. Tim berkumpul, melihat angka terbaru, berdiskusi apa yang menghambat, dan memutuskan penyesuaian langkah. Di situ, Objectives and Key Results tidak lagi sekadar dokumen, tetapi menjadi bahasa bersama yang dipakai marketing, produk, sales, hingga operasional. Semua orang mungkin mengerjakan hal berbeda, tetapi mereka mengerti mereka sedang berkontribusi ke Objective yang sama.

 

Untuk urusan SEO dan pencarian organik, istilah seperti “apa itu OKR”, “Objectives and Key Results”, “perbedaan OKR dan KPI”, dan “contoh OKR untuk bisnis dan startup di Indonesia” akan sering dipakai orang yang sedang belajar merapikan strategi bisnisnya. Selama penjelasan tentang OKR disampaikan dengan jelas, konkret, dan tidak terlalu teknis, peluangnya besar untuk muncul di hadapan mereka. Apalagi jika artikel menyentuh konteks lokal: dinamika tim di Indonesia, tantangan UKM yang sedang bertransformasi digital, atau startup yang mulai beranjak dari fase coba-coba ke fase bertumbuh serius.

 

Pada akhirnya, OKR bukan alat ajaib. Ia tidak akan menggantikan leadership yang kuat, budaya kerja yang sehat, atau kemampuan eksekusi. Namun ia bisa menjadi cermin yang jujur. Ia memaksa kita menjawab tiga hal yang sering dihindari: tujuan kita sebenarnya apa, bukti nyatanya seperti apa, dan sejauh mana kita sudah bergerak. Selama tiga pertanyaan itu terus dijawab dengan jernih, strategi tidak lagi mengawang-awang. Ia berubah menjadi perjalanan yang bisa kita lihat angkanya, rasa lelahnya, dan pada waktunya, hasilnya.

Bagikan:

Blog Founderplus

Artikel Terbaru

Kumpulan artikel terkini yang membantu kamu membangun dan mengembangkan bisnis.

Ketika Product Bisa Dipakai Saja Tidak Cukup, Berkenalan sama MLP

Wednesday, Nov 26, 2025

Ketika Product Bisa Dipakai Saja Tidak Cukup, Berkenalan sama MLP

Kamu sudah launch MVP. Beberapa orang mencoba. Mereka bilang "oke", "berguna", "lumayan". Lalu mereka pergi dan tidak ke

Read More: Ketika Product Bisa Dipakai Saja Tidak Cukup, Berkenalan sama MLP
5 Cara Praktis Atasi Imposter Syndrome untuk Young Founder

Sunday, Nov 09, 2025

5 Cara Praktis Atasi Imposter Syndrome untuk Young Founder

Bayangkan situasi ini: seorang founder berusia 25 tahun sedang duduk di kafe, persiapan pitch untuk investor besok pagi.

Read More: 5 Cara Praktis Atasi Imposter Syndrome untuk Young Founder
Financial Management untuk Non-Finance Founder

Monday, Nov 03, 2025

Financial Management untuk Non-Finance Founder

Kebanyakan founder startup punya cerita yang sama. Mereka punya ide brilian, tim yang solid, bahkan sudah dapat customer

Read More: Financial Management untuk Non-Finance Founder

Gabung ke Founderplus Academy untuk Scale Up Startup-mu

Akses mentorship, program pembinaan, dan komunitas founder yang siap bantu bisnis kamu berkembang.

Pelajari Program Founderplus Academy